PRABU BALADEWA


Baladewa merupakan putra Prabu Basudewa raja Mandura dengan permaisurinya bernama Dewi Ugraiyani. Ia merupakan saudara tua dari Raja Dwarawati yang bernama Batara Kresna dan Dewi Wara Sembadra yang menjadi istri Arjuna. Baladewa memiliki permaisuri yang bernama Dewi Erawati putrid Prabu Salya Raja Mandaraka, dari perkawinan itu dikaruniai dua putra yang dinamakan Wisata dan Wilmuka. Baladewa merupakan tokoh yang digambarkan sebagai orang yang berkulit putih (bule) yang selalu berpasangan dengan tokoh yang ditakdirkan berkulit hitam (cemani) yaitu adiknya yang bernama Narayana. Baladewa memiliki karakter mudah naik darah (marah) etapi jujur, berwibawa, mau menerima kritikan dan mudah hilang amarahnya jika apa yang dilakukan memang tidak benar.

Tokoh Baladewa berpenampilan brasak, dengan posisi muka langak, bermata kedhelen, berhidung sembada bermulut salitan dengan kumis yang tebal. Berjanggut dan bercambang. Ia bermahkota Makutha dengan perhiasan turidha, jamang susun tiga, jungkat piƱatas, karawista, nyamat, bersumping mangkara dengan gelapan utah-utah pendek. Badan pideksa dengan rambut ngore dan memakai praba sebagai simbol kebesarannya sebagai raja di Mandura. Ia memakai ulur-ulur naga mamongsa, jangkahan raton dengan dua pasang uncal kencana, sepasang uncal wastra, clana cindhe. Kampuh bermotif parang barong. Atribut yang lain memakai kelatbahu naga pangangrang, gelang columpringan dan memakai keroncong. Baladewa ditampilkan dengan muka dan badan putih atau muka berwarna merah dengan gembleng. Wanda Sembada, Geger, dan Bantheng.

Baladewa merupakan salah satu raja yang sangat dekat dengan Raja Astina, karena kemahiran Patih Sangkuni dalam berpolitik kenegaraan dapat merangkul Baladewa mau menjadi salah satu senapati Astina. Ketika Baladewa akan kawin dengan Dewi Erawati, sesungguhnya putri tersebut telah ditunangkan dengan raja Astina yang bernama Suyudana. Atas usaha Raden Kakrasana (nama kecil Baladewa) yang dibantu oleh Arjuna, maka Dewi Erawati dengan syarat Kerajaan Mandura menjadi salah satu mitra (bagian) dari Negara Astina. Oleh karena itu Baladewa selalu membela Negara Astina. Ketika putra mahkota Astina Lesmanamandrakumara ingin dikawinkan dengan Dewi Siti Sundari, Prabu Baladewa berusaha keras untuk membantunya, sehingga dengan upaya ia menekan Dwarawati agar Dewi Siti Sundari dikawinkan dengan putra mahkota Negara Astina. Juga di kesempatan lain saat Arya Burisrawa gandrung dengan Dewi Wara Sembadra, Baladewalah yang menjadi duta untuk melamarnya di Negara Dwarawati, walaupun selalu gagal.

Baladewa memiliki senjata sakti yang terkenal dengan nama senjata Nanggala dan Alugor, jika kondisi membuat amarahnya tanpa ragu-ragu ia akan menggunakan senjata andalannya itu. Umumnya dalam berbagai lakon, Baladewa selalu bertekuk lutut di hadapan Prabu Kresna, yang selalu dapat mengendalikan amarahnya. Jika yang member pertimbangan adiknya Raja Dwarawati ini akan selalu dituruti. Baladewa ditakdirkan berusia panjang, ia hidup hingga satu masa setelah zamannya Pandawa dengan nama Resi Jaladara, dan ia merupakan salah satu syarat yang dibutuhkan dalam penobatan Parikesit di Negara Astina. Akhir hayat Baladewa dikisahkan ketika ada kraman dari Pringgadani yang dipimpin Prabu Wesiaji (keturunan Brajamusti) selesai, Baladewa yang pada saat itu bernama Resi Jaladara kehilangan senjata nenggola dan alugora secara misterius, sehingga merasa ada sasmita bahwa umurnya tidak akan lama lagi. Prabu Baladewa yang sudah sangat tua itu bersama-sama Dewi Wara Sembadra yang sudah berusia lanjut, mokswa bersama-sama.

Comments