RADEN ABIMANYU / ANGKAWIJAYA

Abimanyu adalah kesatria putra Pandawa, putra dari Raden Arjuna salah satu satria Pandawa dengan Dewi Wara Sembadra, ia berkedudukan di Negara Plangkawati. Abimanyu memiliki dua istri, yaitu: Dewi Siti Sundari putri Prabu Kresna raja Dwarawati. Perkawinan ini tidak memiliki putra karena Dewi Siti Sundari ditakdirkan tidak memiliki keturunan, karena titisan Prabu Pragoda dari kerajaan Girilaya. Istri kedua Abimanyu adalah Dewi Utari, putri Prabu Matsapati dari kerajaan Wirata. Perkawinan ini mendapatkan satu putra yaitu Parikesit yang di kemudian hari menjadi raja di Astina.
Abimanyu memiliki nama-nama lain (dasanama), antara lain: Angkawijaya, Jayamurcita, Jaka Pengalasan, Kritiyatmaja, Partasuta, Sumbadraya dan sebagainya. Abimanyu berpenampilan dalam posisi muka tunduk (menunduk) dengan demikian memiliki perwatakan luruh. Ia bermata liyepan, berhidung walimiring, bermulut salitan, memakai mahkota pogag (songkok), dengan sumping prabangayun, rambut ngore odhol, dengan kalung tanggalan. Badan alusan dengan posisi kaki pocong sembuliyan. Abimanyu lazimnya bermuka hitam atau gembleng (prada) sesuai dengan wandanya. Wandanya terdiri dari Sadhet, Padasih dan Kanyut.
Abimanyu merupakan tokoh populer dalam wayang kulit purwa, hal ini dapat dilihat dari perannya yang sering menjadi tokoh utama dalam lakon wayang, antara lain lakon wahyu Widayat, wahyu Cakraningrat, Juwitaningrat, Antisura, dan sebagainya. Ketika Raden Abimanyu masih anak-anak telah mampu membinasakan musuh-musuh Pandawa dan dapat mengingatkan terhadap kealpaan Arjuna yan telah memperistri raseksi yang berubah wujud seperti Dewi Wara Sumbadra, raseksi itu mendapatkan satu putra yang berwujud raksasa yaitu Yaksa Kedawor (yang di daerah lain dinamakan Bambang Semboto).
Dalam perang besar Baratayuda dalam episode ranjapan, menceritakan tentang akhir hayat Abimanyu, yang gugur sebagai pahlawan Pandawa dengan tubuh tatu arang kranjang (hancur penuh luka) karena senjata para Kurawa, dan akhirnya dihabisi oleh Arya Jayadrat dengan gada Kyai Glinggang. Hal ini sesuai sumpahnya ketika ia akan meminang Dewi Utari yang mengaku dirinya masih perjaka, tetapi sesungguhnya telah beristri Dewi Siti Sundari. Untuk meyakinkan calon istri kedua ini Raden Abimanyu menyatakan sumpahnya di hadapan Dewi Utari, jika dirinya berbohong dengan keperjakaannya itu, kelak akan mati dengan tatu arang kranjang. Oleh karena itu Abimanyu terkena sumpahnya sendiri yaitu mati diranjap oleh para Kurawa.
Abimanyu merupakan putra Pandawa yang paling disayangi oleh Begawan Abiyasa di Wukiratawu, dibandingkan dengan putra-putra Pandawa lainnya. Abimanyu ditakdirkan sebagai satria yang akan menurunkan raja-raja, sehingga selalu akan berhasil dalam segala upayanya, seperti dalam mencari wahyu Cakraningrat yang berebut dengan Raden Samba, dan Raden Lesmanamandrakumara, namun akhirnya ia yang memperolehnya. Dalam lakon Pregiwa-Pregiwati, diceritakan bahwa untuk dapat memperistri Dewi Siti Sundari, harus menyediakan persyaratan yaitu patah sakembaran. Di tengah hutan ia bertemu dengan dua putri kembar yang bernama Dewi Pregiwa dan Dewi Pregiwati yang ternyata masih saudaranya sendiri yaitu putra Raden Arjuna. Oleh karena itu di samping  menolong saudaranya untuk menemukan ayahnya, tetapi juga dapat digunaan sebagai syarat untuk perkawinannya dengan Putri Dwarawati. Sesungguhnya yang lebih dulu menemukan adalah Kurawa yang juga menginginkan gadis kembar itu, sehingga menjadi rebutan. Atas bantuan Gatutkaca, Abimanyu dapat membawa patah sakembaran. Dalam berbagai cerita, Abimanyu selalu berpasangan dengan satria Pringgadani. Abimanyu merupakan satria yang berbudi luhur yang turut serta dalam menjaga perdamaian dunia, hal ini dibuktikan ia selalu diikuti oleh prepat punakawan.

Comments