RADEN ASWATAMA


Aswatama merupakan putra tunggal Paandita Durna, pandita Negara Astina yang bertempat tinggal di Sokalima dengan istrinya yang bernama Dewi Kepri putra Prabu Puruaji dari Negara Tempuru. Ia berwataka pemberani, cerdik, dan mahir dalam menggunakan berbagai senjata. Aswatama merupakan salah satu prajurit andalan Negara Astina.

Aswatama berpenampilan pendiam, berposisi muka langak, bermata kedhelen, berhidung sembada, dan bermulut salitan dengan kumis tebal. Ia mengenakan mahkota gelung keling, dengan hiasan turidha, jamang, sumping mangkara, rambut ngore. Badan pideksa dengan kalung tanggalan dengan jangkahan satria putran dengan dodot bermotif kawung, dengan sepasang uncal kencana. Atribut lainnya mengenakan kelatbahu naga pangangrang, gelang calumpringan, dan memakai keroncong. Tokoh ini umumnya ditampilkan dengan sunggingan muka berwarna merah muda (jambon) dengan tubuh gembleng. Ada pula yang menampilkan tokoh Aswatama ini dengan tampilan rambut dan telapak kaki seperti rambut dan kaki kuda, hal ini sesuai dengan ceritanya.

Dalam perang Baratayuda Aswatama memiliki peranan yang besar, karena saat berlatih dalam menggunakan senjata dilatih oleh ayahnya bersama-sama dengan para Kurawa dan para Pandawa, sehingga dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing para Pandawa dalam menggunakan senjata. Ketika Prabu Salya menjadi saisnya senapati agung Astina yaitu Adipati Karna,saat perang tanding terjadi sais senapati Astina ini melakukan kecurangan yaitu saat Karna melepaskan senjata panahnya dengan sasaran Arjuna, kereta digoyangkan, sehingga panah tidak tepat sasaran. Hal ini diketahui Aswatama yang pada saat itu bertugas sebagai pembawa paying kebesaran senapati Kurawa. Namun usaha Aswatama untuk menjelaskan kebenaran itu sia-sia, kedudukan Prabu Salya sangat tinggi di hadapan Raja stina, di samping sebagai senapati perang, juga merupakan mertua Prabu Suyudana, oleh karena itu kesalahan dilimpahkan kepada anak Durna ini, sebagai hukuman karena Aswatama tidak menaati aturan, maka ia diusir dari Negara Astina. Berkaitan dengan kejadian tersebut Aswatama menaruh dendam pada Arjuna dan selalu berusaha untuk melampiaskan dendamnya itu. Setelah perang Baratayuda selesai, Aswatama menyelinap masuk istana dan menculik Dewi Banowati istri Suyudana untuk dijadikan istrinya, tetapi permaisuri Astina itu menolaknya. Saat berperang Aswatama menggunakan pusaka Suralaya yang bernama Cundhamanik, sehingga membuat geger kahyangan, oleh karena itu Cundhamanik dirampas oleh para dewa.

Ketika Parikesit telah lahir dan dirawat di dalam istana Astina, Aswatama menggunakan kesempatan itu untuk melampiaskan dendamnya kepada anak dan keturunan Pandawa, ia berusaha membunuh bayi Parikesit. Dengan menggunakan terowongan Aswatama masuk istana, ia membunuh Dewi Bonawati, Dewi Srikandi, danTrustajumena serta menghabisi Pancawala. Setelah puas membunuh putra-putra Pandawa dan para wanita Pandawa, ia beranjak menuju ke tempat jabang bayi, ketika didekati Parikesit terkejut dan meronta-ronta, sehingga kakinya menendang panah pasopati yang telah dipentangkan pada busurnya dan mengenai Aswatama. Aswatama lari keluar dengan mengaduh kesakitan, sehingga ditangkap oleh para Pandawa, bahkan dibinasakan dengan gada rujakpala

Comments