RADEN GATOTKACA


Gatotkaca adalah putra Arya Werkudara salah satu Pandawa dengan istrinya Dewi Arimbi putrid raja Pringgadani. Ia memiliki tiga istri yaitu Dewi Sumpani berputra Arya Jayasumpena, Dewi Pregiwa mempunyai putra yang bernama Sasikirana, dan Dewi Suryawati mempunyai putra bernama Suryakaca. Gatutkaca adalah pemberani tak kenaltakut, tangguh, cerdik, waspada, gesit, terampil, dapat terbang tanpa sayap, hal ini dapat dipahami karena Gatutkaca merupakan keturunan para raksasa yang dapat terbang, dan bertanggung jawab besar. Ia sangat sakti sehingga tokoh ini diandalkan sebagai seseorang yang semuanya terbuat dari besi karena tidak mempan tertembus oleh senjata.
Gatutkaca berpenampilan pendiam dan berwibawa, posisi muka tumungkul, bermata thelengan, berhidung bentulan, bermulut salitan dengan kumis, jenggot, dan cambang yang lebat. Ia bermahkota gelung supiturang dengan hiasan turida, jamang bersusun, sumping mangkara, dengan kancing gelung gelapan Utah-utah walik. Ia juga mengenakan praba sebagai symbol dari kekuasaannya sebagai raja Pringgadani. Badan gagahan dengan ulur-ulur nagamamongsa, tali praba bermotif kembangan. Posisi kaki dinamakan jangkahan raton dengan dua pasang uncal kencana, sepasang uncal wastra, clana cindhe puspita, dengan dodot bermotif parang barong. Atribut yang lain memakai kelatbahu naga pangangrang, gelang calumpringan dan memaikai keroncong. Gatutkaca ditampilkan dengan muka hitam badan gembleng, dalam wanda tertentu dengan muka dan badan gembleng dan dengan muka dan tubuh diwarnai hitam. Wanda: Guntur (Dhukun), kilat (panglawung), Tathit.
Ketika masih bayi Gatutkaca telah disraya oleh dewa untuk mengalahkan Ditya Sekipu utusan prabu Pracona yang memberontak di Suralaya. Namun untuk memberi kesaktian Gatutkaca dengan digodog dalam kawah candradimuka yang dicampur dengan berbagai senjata sakti, sehingga menjadi kebal, dengan kesaktian itu ia diterjunkan ke medan  peperangan. Pergulatan yang terjadi di medan perang sebagai sarana untuk mempercepat kedewasaan Gatutkaca, yang akhirnya dapat mengalahkan musuh-musuh para dewa.
Pada waktu Abimanyu mencari patah sakembaran sebagai syarat untuk perkawinannya dengan Dewi Siti Sundari, ia berjumpa dengan Pregiwa dan Pregiwati yang mencari ayahnya, yang dikejar-kejar oleh para Kurawa, sehingga menjadi rebutan. Abimanyu menghadapi musuh para Kurawa itu merasa kuwalahan, namun tiba-tiba muncullah Gatutkaca yang membantu Abimanyu, sehingga para Kurawa dapat dengan mudah dikalahkan. Dengan membawa patah sakembaran Abimanyu dapat melangsungkan perkawinannya dengan Putri Dwarawati. Gatutkaca tidak bertepuk sebelah tangan, Pregiwa juga tertarik atas ketampanan dan keperkasaan Gatutkaca, sehingga mereka sepakat untuk membangun keluarga yang di kemudian hari perkawinan Gatutkaca dengan Pregiwa ini memperoleh putra yang bernama Sasikirana.
Banyak dijumpai peran Gatutkaca dalam menegakkan kebenaran seperti dalam lakon Pancawala rabi, Gatutkaca dituduh membunuh Pancawala sehingga ia harus menjadi tawanan. Dalam lakon Gatutkaca sraya, ia mempertahankan janjinya hingga tega menghabisi pamannya sendiri, dan oleh karena itu ia mendapat sumpahnya Kalabendana, yang harus ditelan dengan kematiannya saat Perang Baratayuda.
Ketika perang Baratayuda Gatutkaca diangkat sebagai senapati Pndawa untuk menghadapi senapati Kurawa yaitu Adipati Karna. Dikisahkan peperangan dua senapati itu sangat mengagumkan saling menyerang dan masing-masing telah banyak kehilangan prajurit. Untuk menghindari itu maka Adipati Karna berkeinginan untuk mengakhiri peperangan dengan mengeluarkan senjata saktinya yaitu Senjata Kuntawijayandanu. Melihat senapati Kurawa mengeluarkan pusaka Awangga, Gatutkaca menghindari dengan terbang setinggi-tingginya dan sembunyi di atas mega malang. Dalam hati sudah grahita karena kelemahan Gatutkaca jika bertemu dengan pusaka Kuntawijayandanu. Hal ini diceritakan ketika para dewa akan menghadapkan bayi Gatutkaca dengan Sekipu, belum diputus tali pusarnya. Semua senjata tidak mampu menembus tali pusar tersebut, oleh raja dewa tali pusar itu dipotong dengan senjata Kuntawijayandanu dan berhasil putus, namun kerangka atau sarung pusaka itu hilang menjelma di perut Gatutkaca, sudah kehendak dewata jjika nantinya yang mampu menembus kulit Gatutkaca hanya pusaka itu.

Comments