DEWI WARA SRIKANDI


Dewi Wara Srikandi adalah putra Prabu Drupada raja Pancalareja dengan permaisurinya Dewi Gandawan. Ia merupakan istri Arjuna yang mendapat tugas sebagai penjaga keselamatan dan ketenteraman kesatriyan Madukara. Dalam perkawinan itu tidak mendapatkan putra. Dewi Wara Srikandi memiliki saudara kandung bernama Dewi Drupadi yang kemudian menjadi istri Puntadewa, dan Raden Trustajumena. Tokoh putren ini sangat menyukai olah keprajuritan terutama dalam memainkan senjata panah. Oleh karena perannya itu, dalam masyarakat dijadikan idola sebagai tokoh prajurit wanita.
                Dewi Wara Srikandi tergolong tokoh yangberpenampilan branyak (lanyap), dengan posisi muka langak, bermata liyepan, berhidung lancip (walimiring), dan bermulut salitan. Ia bermahkota gundhulan dengan sinom yang menghiasi dahinya mengenakan jamang sadasaler dengan sumping prabangayun. Satria weweg (padat berisi), rambut ngore gendhong mengenakan busana putren dengan semekan gadung mlathi, pinjung dengan dodot bermotif semen jrengut seling gurdha dan samparan kain panjang bermotif kawung. Tokoh ini banyak memakai atribut seperti kelatbahu dan gelang, tetapi ditampilkan polos. Dewi Wara Srikandi bermuka dan berbadan gemblong, wanda,  Golek, Nenes, Patrem. Ada kalanya tokoh ini ditampilkan dengan busana keprajuritan, ketika ia tampil sebagai senapati agung dalam pareng Baratayuda.
                Dewi Wara Srikandi memperoleh kemampuan dalam menggunakan senjata panah didapatkan dengan berguru kepada Arjuna. Saat belajar memanah tidak mengenal waktu, sehingga membuat saudaranya Dewi Drupadi dan ayahnya tidak menyetujui, padahal Arjuna juga baru saja kawin dengan Dewi Sembadra, sehingga membuat hubungan Arjuna dengan Dewi Sembadra menjadi renggang. Namun Dewi Srikandi tidak mau mengerti karena keinginannya untuk menguasai keterampilan dalam menggunakan senjata panah, sehingga semua persyaratan dipenuhinya, bahkan ada persyaratan yang hanya dapat dilakukan dan diketahui oleh Srikandi dan Arjuna saja. Lama kelamaan hubungan Arjuna dengan Srikandi yang semula hanya guru dan murid dalam memanah, tetapi kini Arjuna benar-benar jatuh cinta kepada Srikandi, sehingga ia meminangnya untuk dijadikan istri keduanya. Dewi Srikandi menerima pinangan itu dengan syarat jika Arjuna dapat mencarikan seorang perempuan yang kepandaiannya dalam memainkan senjata panah melebihi kemampuannya. Untuk itu Arjuna mengajukan jago Dewi Larasati dari Widarakandang, sebagai juri meminta Prabu Kresna. Setelah dilakukan uji tanding memanah dengan obyek telur burung pipit, dimenangkan oleh Dewi Larasati, kemudian obyek kedua dengan sehelai rambut, dimenangkan pula oleh Larasati. Dengan demikian syarat yang diajukan Dewi Srikandi telah dipenuhi, sehingga ia bersedia diambil istri oleh Arjuna.
                Dalam perang Baratayuda Dewi Srikandi diangkat sebagai senapati Pandawa untuk menghadapi senapati Astina yaitu Resi Bisma. Setelah melihat senapati Pandawa perempuan hati Bisma telah grahita jika ajalnya semakin dekat, hal ini sesuai dengan sunpah Dewi Amba yang akan membalas kematiannya jika dalam medan perang melawan senapati wanita. Oleh karena itu Resi Bisma tidak mengadakan perlawanan ketika Srikandi melepaskan panah saktinya hingga menembus dada Resi Bisma, sehingga senapati Astina gugur di medan laga.
                Akhir hayat Srikandi dikisahkan bersamaan dengan lahirnya Parikesit, ketika Aswatama berkehendak membunuh Parikesit, lebih dulu menghabisi Dewi Srikandi.

Comments