Dewi Amba merupakan putra dari
raja di Negara Giyantipura. Ia memiliki saudara yang bernama Dewi Ambiki. Pada
mulanya ia telah ditunangkan dengan raja muda yang bernama Citamuka raja
Swarantipura. Oleh karena ketiga putri ini menjadi rebutan raja penglamar, maka
diadakan sayembara perang, barang siapa dapat mengalahkan Wahkuma dan Arimuka
berhak menerima ketiga putri tersebut.
Satria yang dapat memenangkan sayembara itu adalah Dewabrata atau Resi Bisma.
Namun karena tunangannya ia tidak berhak meminta diri untuk menemui
tunangannya, tetapi oleh tunangannya ia tidak diterima karena telah menjadi putri
boyongan, yang berhak memiliki adalah mereka yang memenangkan sayembara. Dewi Amba
pun kembali ke Resi Bisma, namun Resi Bisma juga tidak mau menerima, dengan
memaksa Dewi Amba mengikuti Raden Dewabrata ke Astina. Hal ini membuat
Dewabrata marah dan mengagar-agari dengan senjata panah. Panah di tangan satria
Astina akhirnya terlepas tanpa sengaja, sehingga membuat Dewi Amba tewas
seketika tertembus senjata. Sebelum jasatnya hilang ada suara si antariksa yang
menyatakan bahwa dirinya akan membalas kematian itu ketika dalam perang besar
jika ia berhadapan dengan prajurit wanita dia akan membalas kematian itu.
Dewi
Amba termasuk tokoh wayang putren
yang berkarakter branyak (lanyap), posisi muka langak, bermata liyepan, hidung lancip,
dan mulut salitan. Ia mengenakan mahkota pogag, dengan hiasan jamang
sadasaler, jamang sumping mungkara, gelapan utah-utah pendek ukuran sedang
dan memakai rembing. Ada penggambaran sinom di bagian dahinya. Rambut ngore. Badan berbusana putren dengan mengenakan kalung tanggalan, semekan motif kembangan, sampir
motif bludiran, pinjung dengan motif sinom seling gurdha dengan kain bermotif parang. Ia memakai pendhing
terbuat dari emas ginepeng dengan bentuk
bunga melati. Atribut lainnya memakai kelatbahu
naga pangangrang, gelang calumpringan, dan binggel sebagai gelang kakinya. Tokoh ini ditampilkan dnegan brongsong.
Comments
Post a Comment