WIJOSENA / BRATASENA


Wijosena adalah anak kedua dari Prabu Pandudewanata raja Astins dengan permaisurinya yang bernama Dewi Kuntinalibranta putri raja Mandura. Ia dilahirkan dalam keadaan bungkus dalam usia tujuh bulan. Wijosena mempunyai saidara Puntadewa, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Wijosena/Bratasena adalah sebutan atau nama dari Werkudara pada waktu muda.
Wijosena tergolong tokoh wayang gagahan dengan karakter luruh, bermata thelengan, berhidung bentulan dan mulutnya salitan dengan kumis tebal, jenggot dan cambang lebat. Ia memakai mahkota pogag dengan sumping pandhan binethot, dengan gelapan utah-utah pendek dengan pendek dengan ukuran yang besar. Rambut ngore odhol, badan gagahan dengan kalung tanggalan. Posisi kaki jangkahan sena dengan kain dodot bermotif poleng bang bintuluaji, dengan konca bayu. Ia mengenakan kelatbahu candrakirana, gelang candrakirana dan mengenakan keroncong. Di kedua tangannya ada kuku pancanaka yang sangat sakti. Tokoh ini umumnya ditampilkan dengan muka diwarna hitam dengan tubuh gembleng atau disungging dengan brongsong.
Wijosena merupakan tokoh Pandawa yang paling besar ukurannya dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, sehingga akan selalu menjadi pelindung dan mampu mengatasi segala kesulitan yang dihadapi oleh para Pandawa.
Ketika Wijosena akan mencari tirta amerta ia berguru kepada Pandita Durna, oleh sang Guru ia diperintahkan untuk menggempur bukit, namun tidak dapat menemukan apa yang dicari. Kedua ia diperintah untuk masuk ke dalam sumur tua yang beracun dan banyak dihuni oleh binatang berbisa, tetapi belum juga menemukan apa yang dicarinya. Kemudian Wijosena diperintahkan untuk mencarinya ditengah-tengah samodra. Sebelum melaksanakan perintah gurunya ia berpamitan dengan saudara-saudaranya, semua Pandawa melarang dan menyatakan bahwa perintah itu hanya akan membunuhnya dengan pelan-pelan. Namun Wijosena mempunyai keyakinan hanya dengan jalan itulah ia akan menemukan apa yang ia cari yaitu tirta amerta. Wijosena meninggalkan sanak saudara dan negaranya terjun ke lautan. Untuk kali ini usahanya mendapat perlindungan dewa walaupun didahului dengan berbagai peristiwa yang dapat merenggut jiwanya, namun semua dapat dilaluinya, sehingga ia bertemu dengan Dewa Ruci.
Dalam pertemuannya dengan Dewa Ruci inilah yang kemudian mengubah karakter dan penampilan Wijosena. Oleh Dewa Ruci Wijosena diberi ajaran tentang sangkan paran yaitu dari mana dan ke mana hidup ini. Pada saat Dewa Ruci akan mengajari tentang ilmu kehidupan itu Wijosena diminta untuk masuk ke dalam tubuhnya yang kecil, namun dapat menampung tubuh Wijosena, bahkan tidak saja seukuran Wijosena, dunia pun akan mampu diwadahi.
Setelah menerima berbagai wejangan dari Dewa Ruci yang tidak lain adalah sejatinya diri Wijosena, ia berubah penampilan dengan rambut digelungyang dinamakan dengan gelung minangkara, kemudian betis Wijosena digambari kepala naga yang dinamakan dengan porong, sebagai pertanda bila ia telah melaksanakan tugasnya seperti yang diperintahkan oleh gurunya Pandita Durna. Kemudian atribut yang lain seperti memakai dodot dengan motif poleng bang bintuluaji, mengenakan pupuk jarot asem dan berkuku pancanaka tidak mengalami perubahan.

Comments