Dari beberapa sumber wayang kulit dapat didefinisikan sebagai
berikut :
1. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia wayang adalah boneka tiruan orang yang terbuat
dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya, yang dapat dimanfaatkan untuk
memerankan tokoh pada pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dsb),
biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang (Pusat Bahasa, 2008).
2. Wayang
merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang paling tua. Pada masa
pemerintahan Raja Balitung, telah ada petunjuk adanya pertunjukan wayang, yaitu
yang terdapat pada prasasti Balitung dengan tahun 907 Masehi, yang mewartakan
bahwa pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukan wayang (Supriyo, 2008).
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wayang
kulit adalah boneka yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu yang dimanfaatkan
untuk memerankan tokoh pada pertunjukan tradisional dan merupakan salah satu
bentuk teater tradisonal yang paling tua, biasa wayang ini dimainkan oleh
seorang dalang. Wayang memiliki berbagai banyak jenis, salah satu dari jenis
tersebut adalah wayang purwa/ kulit. Wayang Purwa/ wayang kulit adalah
pertunjukan wayang yang pementasan ceritanya bersumber pada kitab Ramayana dan
Mahabharata. Pendapat para ahli, istilah purwa tersebut berasal dari kata parwa
yang berarti bagian dari cerita Ramayana atau Mahabharata. Di kalangan
masyarakat Jawa, terutama orang-orang tua kata purwa sering diartikan pula
purba artinya zaman dulu. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka wayang purwa
diartikan pula sebagai wayang yang menyajikan cerita-cerita zaman dahulu
(Supriyo, 2008).
Wayang kulit pernah
mengalami masa kejayaan dimasa lampau, bahkan pada masa penyebaran agama Islam
di pulau Jawa, para wali menggunakan cerita dan pertunjukan wayang kulit yang telah
disisipi oleh ajaran-ajaran dan kaidah-kaidah Islam sebagai media penyebaran
agama Islam, hal ini dapat terwujud karena cerita-cerita wayang memiliki cerita
yang menggambarkan tentang kehidupan manusia yang mengajarkan pada kita untuk
menjalani hidup pada jalan yang benar, dimana dalam hal ini agama Islam juga
mengajarkan hal yang sama sehingga mudah bagi para wali untuk memasukkan ajaran
Islam ke dalam cerita wayang (Winoto, 2006). Metode
tersebut terbukti cukup berhasil, karena pada zaman itu, pertunjukan wayang
kulit merupakan sarana hiburan bagi rakyat yang dapat merangkul masyarakat
luas. Dalam perkembangannya pagelaran wayang kulit mengalami banyak
penurunan dalam peminatannya. Penurunan peminatan ini dapat disebabkan oleh
ketidaktahuan masayarakat akan jalan cerita dan karakter tokoh-tokoh siapa saja
yang berperan dalam cerita pagelaran wayang tersebut. Minimnya pengetahuan akan
hal tersebut yang membuat kebanyakan masyarakat merasa enggan dan malas untuk
melihat pertunjukan wayang tersebut. Padahal karakter dari setiap tokoh yang
ada dalam setiap pagelaran wayang sangat baik untuk dijadikan tuntunan hidup
bagi kalangan masyarakat, beberapa tokoh yang terkenal dalam cerita pewayangan
tersebut adalah Pandawa dan Kurawa. Pandawa adalah tokoh utama yang selalu
mendapat perlakuan buruk dari pihak Kurawa yang jahat, tetapi di akhir cerita
Pandawa dapat memenangkan pertempuran dan mengambil alih kerajaan yang menjadi
hak mereka.
Pustaka :
- Supriyo, dkk. 2008. Pedalangan : Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan.
gan itu sumbernya dari buku kah?
ReplyDeletedari kamus gan kemudian ane simpulin gan...
Deletemaaf maru bales...
thanks infonya
ReplyDeleteGambaran laku clatu manusia yang tidak terpengaruh oleh watak. Selalu terbuka dan tanpa pengaruh diartikan pertunjukkan yang POLOS/PUTIH.
ReplyDelete