RADEN WERKUDARA



Werkudara adalah salah satu Pandawa yang sangat populer dalam Mahabarata. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata dengan Dewi Kuntinalibranta. Ia memiliki istri beberapa orang, antara lain Dewi Nagagini Putri Hyang Anantaboga, di Saptapertala memiliki putra bernama Antareja. Dewi Arimbi putri Prabu Arimbaka di Pringgadani memiliki putra Gatutkaca dan Dewi Urangayu putri Barata Mintuna di Narpada memiliki putra Antasena. Ia bertempat tinggal di Jodipati atau Tunggalpawenang. Werkudara dikenal pula dengan nama-nama lainnya seperti Bima, Bratasetana, Dandunwacana, Pandusiwi, Kusumayuda, Kusumadilaga, Arya Sena dan sebagainya.

Werkudara berpenampilan luruh, bermata thelengan, hidung bentulan, dan bermulut salitan dengan kumis, jenggot, dan cambang yang amat tebal. Ia bermahkota gelung supit urang jenis minangkara, bersumping pandhan binethot, dengan memakai pupuk jarot asem dan anting-anting bayu. Tubuh gagahan alus, dengan simbarjaja dan gajah gelar dengan jangkahan sena. Pada bagian kaki digambari kepala nagaraja (porong) dengan konca bayu. Kampuh bermotif poleng bang bintulu aji, dengan tiga macam warna merah, hitam, dan putih. Atribut yang lain adalah kuku pancanaka, kelatbahu, dan gelang candrakirana. Werkudara ditampilkan dengan muka hitam badan gembleng atau muka dan badan gembleng. Wanda: lintang (bayukusuma), bugis dan indhu.

Ketika lahir Werkudara berwujud bungkus, yang hanya dapat dipecahkan oleh gajah pusaka astina yang bernama gajah sena, kemudian menyatu dan sejiwa dengannya oleh karena itu disebut juga Arya Sena. Tokoh Werkudara ini sangat populer di tanah Jawa, oleh karena itu sering dijadikan simbol-simbol dalam kehidupan masyarakat. Di samping memiliki saudara Pandawa, Werkudara memiliki saudara tunggal bayu, yaitu Anoman (kera), Situbanda (gajah), Jayawreksa (raksasa), dan Maenaka (bukit).  Werkudara adalah sosok yang memiliki tingkat kejujuran tinggi, dia mempunyai sifat atau watak akan membalas kebaikan yang telah diperolehnya dari siapa saja, tetapi dia akan berbuat jahat kepada siapa saja yang melakukan kejahatan atau perbuatan yang buruk kepadanya.

Dalam usaha menemukan air parwita sari, Werkudara rela meninggalkan anak saudara dan berkali-kali dibohongi oleh Pandita Druna, hingga akan membawa maut. Namun atas keteguhan hatinya Werkudara mampu mengatasi rintangan-rintangan dan menyeburkan diri di tengan samodra, sehingga dapat menemukan jati dirinya melalui Dewa Ruci yang mengajarkan ilmu kesempurnaan. Seperti yang diceritakan dalam lakon Dewa Ruci.

Ketika Pandawa dalam bahaya api yang membakar tempat tinggalnya, Werkudara mampu membawa saudara-saudara dan ibunya untuk menyelamatkan diri, atas bantuan garangan putih yang merupakan perwujudan dari Anantaboga, melalui bawah tanah sampai di Kahyangan Saptapretala, ketika itu Werkudara dikawinkan dengan Dewi Nagagini. Dalam lakon Babat Alas Mrentani, saat para Pandawa babat alas untuk membuat kraton, ia berperang melawan raja jin yang bernama Dandun Wacana yang kemudian sejiwa dengannya dan memberinya kerajaan Jodipati. Dalam lakon Partakrama Werkudara mampu memenuhi persyaratan untuk perkawinan Arjuna yang berbentuk banteng pancal panggung yang berjumlah 40 ekor yang harus mengalahkan raksasa penjaganya, dan mencarikan kera putih mulus yang disebut dengan Mayangseta dari Pandansurat. Dalam lakon Dewamambang, Werkudara dapat mempertahankan kehormatan Puntadewa kakaknya dan Amarta.

Werkudara selalu berkata ngoko atau nungkak krama dan tidak pernah menyembah kepada siapa pun, merupakan lambang kejujuran dan kesederhanaan, sehingga apa yang dilakukan adalah sesuai dengan kondisinya, jadi tidak direkayasa, termasuk kepada para Dewa.

Comments

Post a Comment